HUKUM
ARCHIMEDES
A.
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Fisika merupakan
salah satu ilmu dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pada hakikatnya ilmu fisika
lahir dan berkembang dari hasil eksperimen. Dalam fisika terdapat dua hal yang
terkait dan tidak dapat dipisahkan, yaitu eksperimen dan telaah teori. Pada
dasarnya teori tergantung pada hasil eksperimen. Disisi lain eksperimen
dilakukan dengan berpedoman pada teori. Salah satu eksperimen yang jarang
dilakukan adalah masalah hukum Archimedes. Hukum Archimedes adalah sebuah hukum
tentang prinsip pengapungan di atas benda cair yang ditemukan oleh Archimedes,
seorang ilmuwan Yunani yang juga merupakan penemu pompa spiral
untuk menaikkan air yang dikenal dengan istilah Sekrup Archimedes. Hukum
Archimedes berhubungan dengan gaya berat dan gaya ke atas suatu benda yang
dimasukkan ke dalam fluida atau zat cair.
Menurut Rahmawati (2017), dalam penelitiannya yang
meninjau tiga benda yang massanya berbeda, jika ditinjau dari bentuk benda
antara benda 1 dan 2 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Benda 1
lebih kecil dari benda 2 tetapi ketika dicelupkan dalam zat cair maka
ketinggian benda yang tercelup sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa massa jenis
benda 2 lebih kecil daripada benda 1.
Sedangkan benda 3 yang tercelup lebih banyak dalam zat cair memiliki massa
jenis lebih besar.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, banyak
fenomena-fenomena yang berhubungan dengan konsep dari hukum Archimedes. Salah
satu aplikasi dari hukum Archimedes adalah kran otomatis pada penampung air,
kapal selam, kapal laut, balon udara dan sebagainya. Dari aplikasi ini banyak
orang yang tidak mengetahui bahwa fenomena ini merupakan aplikasi dari hukum
Archimedes. Banyak yang belum mengetahui manfaat dari aplikasi hukum Archimedes
dan adanya kesalahan pemahaman tentang bunyi hukum Archimedes. Bahkan kita
sendiri tidak mengetahui secara menyeluruh apa yang menyebabkan contoh aplikasi
Archimedes dapat terjadi. Misalnya pada kapal laut kita tidak mengetahui hal
yang menyebabkan benda ini dapat terapung diatas permukaan air. Pada kapal
selam, kita tidak mengetahui apa yang menyebabkan benda ini dapat melayang
begitupun pada balon udara.
Berdasarkan masalah-masalah dan fenomena
tersebut, sangat penting dilakukan percobaan hukum Archimedes. Hal ini penting
agar kita dapat menyelidiki atau membuktikan mengenai pernyataan dari hukum
Archimedes dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Tujuan
Percobaan
Tujuan yang ingin dicapai pada percobaan Hukum
Archimedes yaitu untuk membuktikan hukum Archimedes.
B.
LANDASAN
TEORI
Tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas, dimana gaya F dipahami
bekerja tegak lurus terhadap permukaan A:
Tekanan = …………………………………………..…
(11.1)
Konsep
tekanan terutama berguna dalam membahas fluida. Dari fakta eksperimental
ternyata fluida memberikan tekanan ke semua arah. Disetiap titik pada fluida
yang diam, besarnya tekanan dari seluruh arah tetap sama. Sifat penting lainnya
dari fluida pada keadaan diam adalah bahwa gaya yang disebabkan oleh tekanan
fluida selalu bekerja tegak lurus terhadap permukaan yang bersentuhan
dengannya. Menghitung secara kuantitatif tekanan zat cair dengan massa jenis
yang serba sama berubah terhadap tekanan. Satu titik yang berada di kedalaman h
di bawah permukaan zat cair (yaitu, permukaan berada di ketinggian h diatas
titik ini), seperti ditunjukkan pada Gambar 11.1 berikut.
Gambar 11.1 Menghitung Tekanan pada
Kedalaman h dalam Zat Cair
Tekanan yang disebabkan zat cair pada kedalaman h ini disebabkan
oleh berat kolom zat cair diatasnya. Dengan demikian gaya yang bekerja pada
luas daerah tersebut adalah , dimana Ah adalah volume kolom, adalah massa jenis zat cair (dianggap konstan) dan g
adalah percepatan garafitasi tekanan (Siskawati, 2008).
Suatu zat yang mempunyai kemampuan mengalir dinamakan fluida. Cairan adalah salah satu jenis fluida yang mempunyai kerapatan mendekati zat
padat.
Fluida diam adalah Zat alir yang tidak dalam kondisi bergerak. Contohnya air
dalam gelas dan air dalam bak mandi.
Massa jenis atau kerapatan suatu zat didefinisikan sebagai perbandingan massa dengan volume zat
tersebut. Secara matematis, massa jenis
dirumuskan sebagai berikut.
Dimana :
Gaya
gravitasi benda memiliki nilai yang tetap. Akan tetapi, zat cair memberikan
gaya yang arahnya ke atas. Gaya yang berarah keatas yang di kerjakan oleh zat cair pada benda yang menyebabkan berat
benda seakan-akan berkurang. Apabila sebuah batu ditimbang beratnya di dalam
air, berat batu yang terukur pada timbangan pegas menjadi lebih kecil
dibandingkan dengan ketika sebuah batu ditimbang di udara (tidak di dalam air).
Massa batu yang terukur pada timbangan lebih kecil karena ada gaya apung yang
menekan batu ke atas. Hal ini bukan berarti bahwa sebagian batu atau benda yang
diangkat hilang sehingga berat batu menjadi lebih kecil, tetapi karena adanya
gaya apung. Arah gaya apung ke atas, atau searah dengan gaya angkat yang kita
berikan pada batu tersebut sehingga batu atau benda apapun yang diangkat di
dalam air terasa lebih ringan.
Gambar 11.2 Gaya Apung
(Abidin,
2013).
Ketika benda dimasukkan dalam zat cair maka ada dua gaya arah vertikal
yang bekerja pada benda. Gaya pertama adalah berat benda yang arahnya ke bawah.
Gaya kedua adalah gaya angkat Archimedes yang arahnya ke atas. Berdasarkan
perbandingan kekuatan gaya tersebut maka akan dilihat tiga fenomena ketika
memasukkan benda dalam zat cair, yaitu tenggelam, melayang, dan terapung dengan
mencelupkan seluruh bagian benda ke dalam zat cair (Gambar 11.2). Benda akan
mengalami gaya angkat maksimum. Misalkan volume benda adalah V dan massa benda adalah m. Persamaan berat benda adalah
…………......…………...…………………………..…..(11.3)
Gaya angkat
maksimum yang dialami benda jika seluruh volume benda tercelup ke dalam zat
cair adalah
Dimana adalah massa jenis zat cair
Gambar 11.3 Benda yang Dicelupkan
Diketahui
bahwa, benda tenggelam jika berat benda lebih besar daripada gaya angkat
maksimum, benda melayang jika berat benda sama dengan
gaya angkat maksimum, dan benda terapung jika
berat benda lebih kecil daripada gaya angkat maksimum (Abdullah, 2016).
C.
METODE PRAKTIKUM
1.
Alat
dan Bahan
Alat dan bahan yang
digunakan pada percobaan Hukum Archimedes dapat dilihat pada Tabel 11.1
berikut.
Tabel 11.1
Alat dan Bahan Percobaan Hukum Archimedes
No
|
Alat
dan Bahan
|
Fungsi
|
1
|
Gelas
kimia
|
Sebagai wadah untuk menyimpan
air yang dipindahkan
|
2
|
Neraca
digital
|
Untuk mengukur massa gelas
kimia dan berat air yang dipindahkan.
|
3
|
Beban
(0,05 kg, 0,1 kg, 0,15 kg )
|
Sebagai beban untuk memberikan
gaya berat
|
4
|
Air
|
Sebagai objek pengamatan
|
5
|
Neraca
pegas
|
Untuk mengukur gaya berat di
udara dan di dalam air
|
6
|
Botol
plastik
|
Untuk
menampung air
|
7
|
Tabung pancuran
|
Sebagai wadah
untuk menampung air
|
2.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan dalam percobaan Hukum
Archimedes adalah sebagai berikut.
a.
Menyiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan.
b.
Mengukur massa gelas kimia.
c.
Menyiapkan air dan memasukkan air ke dalam
tabung pancuran dengan menggunakan
corong.
d.
Meletakkan beban bermassa 0,05 kg pada neraca
pegas untuk menghitung gaya berat di udara.
e.
Menyelupkan
beban yang digantungkan pada neraca pegas untuk diketahui gaya berat dalam air
dengan meletakkan gelas kimia pada ujung corong gelas untuk menyimpan air yang
dipindahkan, kemudian mengukur berat air yang dipindahkan.
f.
Mengulangi
langkah (5-6) dengan massa benda 0,1 kg dan 1,5 kg.
g.
Mencatat hasil
yang diamati pada tabel data pengamatan.
D.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Hasil
a.
Data Pengamatan
Data pengamatan
pada percobaan Hukum Archimedes dapat dilihat pada Tabel 11.2 berikut.
Tabel 11.2 Data Pengamatan Percobaan Hukum Archimedes
No
|
m (kg)
|
Wu(N)
|
Wa(N)
|
Wair yang dipindahkan (N)
|
1
|
0,05
|
0,5
|
0,4
|
0,07
|
2
|
0,1
|
1
|
0,9
|
0,15
|
3
|
1,5
|
1,5
|
1,3
|
0,23
|
b.
Analisis Data
Menentukan
Gaya Apung untuk m = 0,05 kg
Dengan cara yang sama untuk data selanjutnya dapat
dilihat pada Tabel 11.3 berikut.
Tabel 11.3 Analisis Data
Percobaan Hukum Archimedes
No
|
m (kg)
|
Wu (N)
|
Wa (N)
|
Fa
|
Wair yang dipindahkan (N)
|
1
|
0,05
|
0,5
|
0,4
|
0,1
|
0,07
|
2
|
0,1
|
1
|
0,9
|
0,1
|
0,15
|
3
|
1,5
|
1,5
|
1,3
|
0,2
|
0,23
|
2.
Pembahasan
Hukum
Archimedes adalah hukum yang menyatakan bahwa ketika sebuah benda seluruhnya
atau sebagian dimasukkan ke dalam zat cair, maka benda itu akan mendapat
tekanan ke atas yang sama besarnya dengan beratnya zat cair yang didesak oleh
benda tersebut. Pernyataan dari Archimedes dapat diartikan bahwa gaya apung
yang bekerja pada sebuah benda sama dengan berat benda yang dipindahkan.
Menurut Archimedes, benda menjadi lebih ringan apabila diukur dalam air
daripada di udara karena di dalam air benda mendapat gaya ke atas sedangkan
ketika di udara benda memiliki berat yang sesungguhnya.
Percobaan hukum Archimedes dilakukan dengan dua perlakuan yaitu
dengan mengukur berat beban di udara dan mengukur berat beban di air dengan
menggunakan neraca pegas. Pengukuran berat ini digunakan tiga jenis beban yaitu
beban dengan massa 0,05 kg, 0,1 kg dan 1,5 kg. Berdasarkan data pengamatan
dapat diketahui bahwa berat beban di udara dengan massa 0,05 kg yaitu 0,5 N,
berat berat beban di dalam air 0,4 N dan berat air yang dipindahkan ke wadah
sebesar 0,07 N. Pada beban bermassa 0,1 kg diperoleh berat di udara sebesar 1
N, berat di air 0,9 N dan berat air yang keluar dari wadah sebesar 0,015 N.
Sedangkan untuk beban 1,5 kg diperoleh berat di udara sebesar 1,5 N, berat dalam
air 1,3 N dan berat air yang keluar wadah sebesar 0,023 N. Dari data ini
dapat diketahui bahwa berat beban yang diukur di udara lebih besar daripada
berat beban yang di ukur di dalam air. Hal ini sesuai dengan pendapat Archimedes.
Sedangkan untuk berat beban air yang dipindahkan atau keluar dari wadah hasil
yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin berat beban maka semakin besar berat air
yang dipindahkan. Berdasarkan hasil analisis data, maka diperoleh besar gaya
apung dengan massa beban 0,5 kg sebesar 0,1 N, beban 0,1 kg sebesar 0,1 N, dan
beban 1,5 kg sebesar 0,2 N.
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa percobaan
ini tidak sesuai dengan teori hukum Archimedes. Karena hasil yang diperoleh
menunjukkan berat air yang dipindahkan dengan berat benda yang dicelupkan tidak
sama namun hasilnya tidak jauh berbeda. Hal ini disebabkan adanya pengambilan
data yang tidak akurat seperti pada saat beban dicelupkan ke dalam zat cair,
beban berayun sehingga air keluar lebih banyak. Sedangkan untuk berat beban yang diukur di
dalam air lebih ringan daripada di udara. Hal ini disebabkan karena beban yang
berada di dalam air mengalami gaya gravitasi dan gaya ke atas (gaya apung)
sehingga beban lebih ringan dan mengakibatkan air keluar dari wadah karena
adanya tekanan dari beban yang dicelupkan.
INTERAKSI DUA BENDA BERMUATAN TERHADAP JARAKNYA
A.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Setiap benda di
alam ini memiliki sifat kelistrikan, mulai dari benda dengan sifat kelistrikan
lemah sampai benda dengan sifat kelistrikan kuat. Semua partikel bermuatan
tersebut akan memiliki sebuah gaya yang bekerja padanya terhadap muatan lain,
baik untuk tarik-menarik maupun tolak-menolak dari elektron dan proton yang
dimilikinya. Peristiwa ini disebut sebagai listrik statis atau Hukum Coulomb.
Aplikasi ataupun fenomena hukum Coulomb dapat dengan mudah kita temui dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya pada proses terjadinya petir. Selain itu,
penerapan lainnya dapat pula kita temui pada mesin pembangkit listrik yang biasa dipakai untuk penelitian di laboratorium (Generator Van de Graff), pada alat
penangkal petir, atau pada alat pendeteksi adanya muatan listrik (Elektroskop).
Menurut Prof.
Yohanes Surya dalam bukunya Listrik dan
Magnet (2009) menyatakan bahwa suatu benda yang digosokkan dengan benda
lain tidak terjadi penciptaan muatan, tetapi hanyalah perpindahan muatan.
Sehingga hal ini menyebabkan benda yang satu akan mempunyai muatan positif
lebih banyak dan benda yang lainnya akan bermuatan negatif lebih banyak. Adapun menurut Ramlawati
dan Yunus (2016), benda yang saling bergesekan akan membuat elektron ditarik
dari satu benda dan dilemparkan ke benda lain. Hal tersebut akan menyebabkan
tumpukan elektron sehingga terjadi muatan negatif pada salah satu benda.
Hilangnya elektron pada benda yang lain menyebabkan terjadinya muatan positif.
Dari berbagai pengaplikasian dan
manfaat dari Hukum Coulomb, masih banyak juga di lingkungan masyarakat yang
belum memahami mengenai konsep dari listrik statis ini. Masyarakat juga belum
dapat memahami sebab-sebab terjadinya
peristiwa di alam ini mengenai adanya perpindahan muatan listrik, misalnya pada
proses terjadinya petir. Bahkan, di lingkungan sekolahpun masih sering ditemui
adanya miskonsepsi mengenai materi listrik statis, baik pada jenjang sekolah
menengah pertama maupun pada jenjang menengah atas.
Berdasarkan hal
tersebut, dengan diadakannya kegiatan praktikum pada Percobaan Interaksi Dua Benda Bermuatan Terhadap Jaraknya ini, maka kita akan dapat
mengatasi berbagai permasalahan yang timbul di sekitaran kita dengan memberikan
pemahaman terhadap berbagai ketidaktahuan dan kekeliruan pemahaman, baik di
lingkungan masyarakat maaupun di lingkungan sekolah.
2.
Tujuan Percobaan
Tujuan yang
ingin dicapai pada Percobaan Interaksi Dua Benda
Bermuatan Terhadap Jaraknya ini adalah
untuk menjelaskan hukum Coulomb.
B.
LANDASAN TEORI
Coulomb
menyatakan bahwa gaya yang terdapat di antara dua buah objek yang sangat kecil,
berada di dalam ruang hampa dan saling dipisahkan oleh jarak yang relative
besar dibandingkan ukurannya sebanding dengan muatan pada masing-masing objek
dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara keduanya bentuk persamaan :
Di
mana Q1 dan Q2 adalah nilai-nilai positif atau negatif
muatan listrik pada kedua objek R adalah jarak antara kedua objek, dan k adalah
sebuah konstanta kesebandingan. Apabila kita menggunakan Sistem Satuan
International (SI), maka Q dinyatakan dalam coulomb (C ), R dalam meter (m) dan
gaya diukur dalam Newton (N).
Konsistensi
satuan ini dapat dicapai jika konstanta kesebandingan k adalah
Hukum
Coulomb menjabarkan bahwa gaya yang bekerja pada dua benda yang bermuatan
sebesar satu coulomb yang dipisahkan oleh jarak sejauh satu meter di dalam
ruang hampa adalah 9 x 10 N, atau sekitar satu juta ton. Elektron memiliki
massa diam sebesar 9,109 x 10 kg dan memiliki jari-jari dalam kisaran 3,8 x 10
m. Hal ini bukan secara pasti menyatakan bahwa sebuah elektron berbentuk bulat
melainkan sekedar mengindikasikan besarnya wilayah ruang yang memiliki
kemungkinan terbesar memuat sebuah elektron didalamnya (Bandri, 2013).
Hukum
Coulomb memperlihatkan bahwa besaran ɛ0
pada persamaan 12.3 memiliki
dimensi C²/N.m².
Kita akan lihat bahwa
satuan farad, yang akan didefinisikan nanti, memiliki dimensi C²/N.m²,
sehingga satuan F/m di dalam persamaan 12.3 sudah digunakan dengan tepat.
Gambar 12.1 Vektor Gaya pada Hukum Coulomb
Gambar
12.1 menunjukkan bahwa jika Q1 dan Q2 memiliki tanda
positif atau negatif yang sama, maka vektor gaya F2 pada Q2 akan mengarah
kea rah yang sama dengan vektor jarak R12.
Dengan demikian, hukum Coulomb
dapat dijabarkan lagi menjadi
(Back, 2006).
Jika
dinyatakan dalam bentuk vektor, persamaan 112.4 dapat ditulis (dalam sistem
MKS)
atau
Bila muatan titik Q1 berada dititik P1 (x1, y1, z1) dan muatan
titik Q2 di P (x2, y2, z2), maka vektor
gaya Coulomb yang bekerja pada muatan titik
Q1 adalah
Gaya Coulomb yang
bekerja pada muatan titik Q2 adalah
Dari persamaan 12.7 dan 12.8 dapat dilihat dari gaya
Coulomb yang bekerja pada muatan Q1 dan muatan Q2
berlawanan. Sifat berlawanan arah inilah yang menyebabkan Q1 dan Q2
akan saling tarik-menarik apabila keduanya memiliki muatan yang tidak sejenis
akan tolak-menolak bila Q1dan Q2 sejenis (Effendi, 2007).
Arah gaya yang
dikerahkan oleh kedua muatan selalu berada disepanjang garis yang menghubungkan
kedua muatan tersebut. Jika kedua muatan memiliki tanda yang sama, misalnya
positif dengan positif, maka gaya pada muatan akan menjauhi satu sama lain
(saling tolak). Begitu juga sebaliknya jika kedua muatan memiliki tanda yang
berlawanan maka gaya akan mengarah ke muatan yang lainnya (saling tarik).
Gambaran interaksi
masing-masing muatan dapat dilihat pada Gambar 12.2 berikut.
Gambar 12.2 Interaksi
antar partikel bermuatan. (a) muatan sejenis, (b) muatan tidak sejenis
Dalam sistem satuan SI,
satuan untuk muatan adalah coulomb (C). Untuk muatan elementer disimbolkan dengan e dengan nilai sebesar
1,6022 x 10-19 C. Nilai untuk satuan SI pada konstanta k adalah
8,988 x 109 Nm²/C². Konstanta k sering ditulis dengan konstanta lain Ñ”0
yang disebut dengan permitivitas ruang hampa, dimana є0 = 8,85 x 10-12
C²/Nm² (Ramlawati dan Sitti Rahma Yunus, 2016).
C.
METODE PRAKTKUM
1.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada Percobaan Interaksi Dua Benda
Bermuatan Terhadap Jaraknya dapat dilihat pada Tabel 12.1 berikut.
Tabel 12.1 Alat dan
Bahan Percobaan Interaksi Dua Benda Bermuatan Terhadap Jaraknya
No
|
Alat dan Bahan
|
Fungsi
|
1
|
Penggaris
|
Untuk mengukur jarak antara kedua statif
|
2
|
Dua buah Statif
|
Tempat untuk menggantungkan balon
|
3
|
Dua buah balon yang sudah di tiup
|
Sebagai objek pengamatan
|
4
|
Benang
|
Untuk mengikat balon pada statif
|
5
|
Rambut yang kering
|
Sebagai tempat untuk menggosokan balon dan sisir untuk memindahkan
elektronnya
|
6
|
Sisir
|
Sebagai alat yang
digosokankan pada rambut
untuk menerima perpindahan elektron
|
7
|
Kertas
|
Sebagai objek pengamatan
|
8
|
Stopwatch handphone
|
Untuk
menghitung lamanya waktu menggosokkan sisir dan balon pada rambut
|
2.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada Percobaan Interaksi
Dua Benda Bermuatan Terhadap Jaraknya adalah sebagai berikut.
a. Mengamati Interaksi antara Sisir dan Kertas
1) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Menggosok sisir dengan rambut selama 20 s, kemudian mendekatkan sisir dengan kertas lalu mengamati interaksi antara sisir dan
kertas.
3) Mengulangi langkah (2) selama 40 s, kemudian menulis hasil pengamatan pada tabel data
pengamatan yang telah dibuat.
b. Mengamati Interaksi antara Balon dan Balon.
1) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2) Menggantungkan kedua balon yang sudah ditiup pada statif
dengan menggunakan benang, seperti pada Gambar 12.3 berikut.
Ganbar 12.3
Rangkaian
Alat dan Bahan Percobaan Interaksi Dua
Benda Bermuatan Terhadap Jaraknya
3) Mengatur jarak antara kedua statif sejauh 0,25 m.
4) Menggosokkan kedua balon pada rambut kering secara bersamaan selama
20 s. Mengamati interaksi yang terjadi ketika balon
dilepas secara perlahan.
5) Mengulangi langkah (c) dan (d) untuk jarak 0,3 m dan
waktu selama 40 s.
6) Mencatat hasil pengamatan pada tabel data pengamatan.
D.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Hasil
a.
Data Pengamatan
Data pengamatan pada Percobaan Interaksi Dua Benda
Bermuatan Terhadap Jaraknya adalah sebagai berikut.
1) Mengamati Interaksi antara Sisir dengan Kertas
Data
pengamatan yang diperoleh dengan mengamati interaksi antara sisir dan kertas
dapat dilihat pada Tabel 12.2 berikut.
Tabel 12.2
Data Pengamatan Interaksi antara Sisir dengan Kertas
No
|
Waktu menggosok rambut dengan sisir (detik)
|
Kuat interaksi antara sisir dan kertas
|
1
|
20
|
Kertas tertarik dengan lemah
|
2
|
40
|
Kertas tertarik dengan kuat
|
2) Mengamati Interaksi antara Balon dengan Balon.
Data pengamatan yang diperoleh dengan mengamati interaksi antara balon dan balon dapat dilihat pada Tabel 12.3 berikut.
Tabel 12.3 Data Pengamatan Interaksi antara Balon dengan Rambut
No
|
Waktu
menggosok rambut dan balon (detik)
|
Jarak
(m)
|
Kuat
interaksi
|
1
|
20
|
0,25
|
Balon
tolak menolak dengan kuat
|
0.3
|
Balon
tolak menolak sangat lemah
|
||
2
|
40
|
0,25
|
Balon
tolak menolak dengan sangat kuat
|
0.3
|
Balon
tolak menolak dengan lemah
|
Hasil diskusi:
1) Variasi jarak kedua statif
mempengaruhi besarnya gaya tolak-menolak kedua balon melalui hubungan
berbanding terbalik. Semakin besar jarak kedua statif yang diberikan, maka gaya
tolak-menolak yang bekerja pada kedua balon akan semakin kecil. Sedangkan, jika
semakin kecil jarak yang diberikan, maka gaya tolak-menolak yang bekerja pada
kedua balon tersebut akan semakin besar.
2) Lamanya waktu menggosok mempengaruhi
kuat interaksi antara kedua balon. Semakin lama waktu untuk menggosok kedua
balon pada rambut, maka akan semakin kuat pula interaksi yang terjadi antara
kedua balon. Hal tersebut karena semakin lama waktu untuk menggosokkan kedua
balon pada rambut, maka akan semakin besar pula perpindahan muatan listrik
(elektron) dari rambut, sehinnga akan mempengaruhi besarnya gaya tolak-menolak
atau gaya tarik-menarik pada kedua balon.
2.
Pembahasan
Percobaan interaksi
dua benda bermuatan ini dilakukan melalui dua perlakuan. Perlakuan pertama
adalah mengamati pergerakan
potongan-potongan kertas yang didekatkan dengan sisir yang sebelumnya telah
digosokkan pada rambut, dan perlakuan kedua adalah mengamati yang terjadi
terhadap dua buah balon yang digantung pada statif dengan jarak tertentu yang
sebelumnya juga digosokkan pada rambut.
Pada perlakuan pertama untuk waktu menggosokkan sisir pada
rambut selama 20 detik, kuat interaksi yang terjadi antara sisir dan kertas
adalah lemah. Sedangkan untuk waktu 40 detik penggosokkan, hasil yang diperoleh
adalah sisir dan kertas berinteraksi dengan kuat. Berdasarkan hasil tersebut,
dapat diketahuai bahwa untuk waktu penggosokkan sisir terhadap rambut selama 40
detik menghasilkan interaksi yang lebih kuat jika dibandingkan dengan durasi
waktu penggosokkan 20 detik. Hal tersebut karena semakin lama waktu penggosokkan sisir terhada
rambut, maka akan semakin banyak pula sisir menerima muatan listrik yaitu
perpindahan elektron dari rambut yang menyebabkan rambut menjadi bermuatan
negatif. Akibatnya, potongan kertas dengan muatan positif akan tertarik lebih
kuat terhadap sisir.
Adapun Pada perlakuan kedua, untuk waktu penggosokkan kedua
balon pada rambut selama 20 detik untuk
jarak kedua statif 0,25 m, diperoleh interaksi yang terjadi antara kedua
balon adalah tolak menolak dengan kuat.
Sedangkan untuk jarak statif 0,3 m diperoleh hasil interaksi antara kedua balon
yaitu tolak menolak dengan sangat lemah. Selanjutnya, pada waktu penggosokkan
kedua balon pada rambut selama 40 detik, untuk
jarak kedua statif 0,25 m diperoleh interaksi yang terjadi antara kedua
balon adalah tolak menolak dengan sangat
kuat, sedangkan untuk jarak statif 0,3 m, diperoleh hasil interaksi antara
kedua balon yaitu tolak menolak dengan lemah. Berdasarkan hasil tersebut, dapat
diketahuai bahwa interaksi antara dua buah balon yang telah digosokkan pada
rambut akan tolak-menolak. Hal tersebut karena kedua balon yang digosokkan pada
rambut akan menerima perpindahan muatan listrik dari rambut yang berupa
elektron. Akibatnya balon memiliki muatan yang sejenis hingga menyebabkan
interaksi yang dihasilkan kedua balon akan saling tolak menolak. Adapun dari
hasil pengamatan, baik untuk waktu penggosokkan 20 detik maupun 40 detik
diperoleh hasil yang sama yaitu kedua balon mengalami gaya tolak-menolak yang
lebih kuat pada jarak 0,25 m daripada jarak 0.30 m yang lebih jauh. Hal
tersebut karena pada jarak yang lebih dekat, muatan-muatan dari kedua balon
yang sejenis akan dapat berinteraksi lebih mudah dan lebih kuat yang
menimbulkan gaya tolaknya juga akan lebih besar.
Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, dapat diketahui bahwa
hasil yang diperoleh telah sesuai dengan teori yang ada, dimana gaya tarik
ataupun gaya tolak antara kedua benda bermuatan akan sebanding dengan perkalian
kedua muatan dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya.